BUKU
SEBAGAI ALTERNATIF PEMECAH MASALAH UNTUK MENULIS
Oleh
AMI NAZZAM
Buku merupakan salah satu media
untuk memberikan pengetahuan dan informasi kepada orang lain yang membacanya.
Sebuah buku mampu menggambarkan seseorangan dan menggambarkan selekta peristiwa
dalam rangkaian sejarah kehidupan. Hal ini bisa dilihat dengan bagaimana orang
akan mendapatkan pengetahuan luas dan informasi ketika membaca buku, tak jarang
orang itu di buat sangat bodoh ketika selesai membaca buku, karena terlalu
banyak informasi dan ilmu tentang dunia yang belum diketahui.
Sebuah buku lahir akibat perkembangan
kebutuhan manusia terhadap infromasi dan komunikasi, serta kemampuan daya pikir
manusia yang terbilang terbatas. Di zaman kuno, informasi berupa syair-syair dan
doa-doa hanya disampaikan melalui lisan, hal ini yang membuat manusia pada saat
itu hanya mengandalkan tradisi lisan untuk menyampaikan sebuah informasi secara
turun-menurun, metode yang dilakukan pada masa ini yaitu metode menghafal.
Dengan banyaknya informasi yang berkembang dan kapasitas daya ingat kita yang
terbatas, sehingga manusia harus menggunakan metode lain sebagai cara untuk
mengingat sebuah informasi dan ilmu pengetahuan. Sehingga akhirnya mereka
mencari cara untuk menuangkan beragam informasi ini melalui tulisan dan gambar.
Hal ini seperti yang telah terjadi pada zaman kuna, dimana para ilmuan berhasil
menemukan berbagai informasi manusia purba melalui tulisan dan gambar yang
terdapat pada dinding-dinding goa yang pernah mereka singgahi.
Tulisan demi tulisan yang awalnya
ditorehkan di atas bebatuan dan tulang-belulang ini kemudian semakin mengalami
kemajuan yang sangat pesat, ketika manusia mengenal kertas. Konon, kertas pertama kali dibuat dari bahan
bambu pada tahun 200 Sebelum Masehi oleh Tsai Lun, seorang berkebangsaan Cina.
Pada perkembangan Selanjurnya, orang Tiongkok berhasil menemukan cara mencetak
huruf-huruf di atas kertas oleh seorang pandai besi yang bernama Bi Sheng
membuat cap huruf-huruf Tionghoa dari tanah liat, membakarnya sampai kereas,
kemudian menempelkannya ke pelat besi, membubuhkan tinta, dan menempelkan
kertas ke cap bertinta, sehingga bisa membuat banyak salinan.
Pada perkembangan selanjutnya,
tapatnya lima abad kemudian Johannes Gutenberg-lah yang telah berjasa menemukan
percetakan pada tahun 1450an dan mencetak buku pertama kali di Eropa. Dari
sini, revolusi dalam dunia tulis menulis bermula. Berkat Gutenberg, buku-buku
lebih cepat tercetak dalam jumlah yang besar.
Di Era modern sekarang, buku
mulai semakin berkembang dalam variatif bentuknya yang berbeda-beda. Ilmu
pengetahuan pun semakin muda disimpan dan di eksplor oleh manusia, jutaan buku
tercetak setiap tahunnya, belum lagi sekarang perkembangan teknologi yang makin
mempermudah akses manusia untuk mendapatkan buku, hal ini bisa dilihat dari
banyaknya buku elektronik atau Ebook yang telah beredar secara meluas di
Internet.
Namun Ironisnya, animo masyarakat
terhadap buku tidak sejalan dengan melimpahnya ketersediaan buku. Di beberapa
kota yang ada di Indonesia, toko-toko buku harus gulung tikar karena sepinya
pembeli, hal ini dikarenakan minimnya minat baca yang terjadi di kalangan
masyarakat saat ini, sehingga membuat mereka harus ketinggalan informasi dan
pengetahuan dari masyarakat eropa.
Peristiwa ini pun harus terjadi
dikalangan para pelajar atau mahasiswa saat ini, di mana banyak mahasiswa yang
kesulitan untuk membuat tulisan atau membuat hasil karya ilmiah (Skripsi) untuk
tugas mahasiswa akhir. Para mahasiswa sering kali hanya terfokus pada judul
skripsi yang akan mereka buat, namun ketika judul skripsi atau tulisan sudah
diperoleh, mereka seperti kehilangan akal untuk menuliskannya.
Kesulitan yang dirasakan oleh
mahasiswa akhir dalam membuat tulisa karya ilmiah atau skripsi ini diakibatkan
dari minimnya informasi dan pengetahuan yang didapatkan oleh mahasiwa tersebut,
sehingga mereka tidak bisa melakukan analisis kritis untuk menyelesaikan
permasalah dalam karya tulisa tersebut. Salah satu yang menjadi faktornya
adalah minimnya bahan bacaan yang dilakuakan oleh setiap mahasiswa, sehingga
membuat mereka sering mengalami kesulitan dan kebingungan ketika tulisan sudah
sampai setengah baris.
Di era Revolusi Industri 4.0 saat
ini, mahasiswa lebih tertarik membaca status Facebook, WA, atau Instagram, dan
Youtube, daripada membaca buku atau Ebook yang merupakan bagian terpenting
untuk mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan. Mahasiwa pun lebih aktif
menulis status di Facebook, WA atau Instagram dari pada menulis di blog atau
jurnal. Padahal syarat untuk memecahkan masalah dalam menulis karya ilmiah
terletak dari seberapa banyak orang tersebut membaca buku, karena dengan
membaca buku pengetahuan kita akan bertambah dan wawasan pun menjadi luas,
sehingga ketika mahasiswa menulis suatu permasyalahan mereka dapat
mengembangkan tulisan mereka dari ilmu yang mereka dapatkan di buku.
Oleh karena itu perlu upaya
serius yang harus dilakuakan oleh masyarakat, khusunya para pelajar agar bisa
cinta terhadap buku, karena dengan buku masyarakat dan pelajar dapat
tercerahkan dan mendapatkan wawasan yang luas, serta mempermudah masyarakat dan pelajar dalam melakukan
penulisan karya ilmiah atau skripsi yang menjadi ancaman terberat bagi para
mahasiswa sekarang ini.