Senin, 02 Oktober 2017

PAKAIAN SULTAN BANTEN



KEMEWAHAN BUSANA KESULTANAN BANTEN
Oleh
AMI Nazzam



Pakaian adalah sumber kebutuhan primer yang wajib terpenuhi oleh semua manusia. Pakaian berfungsi sebagai penutup tubuh kita dari sinar matahari secara langsung, selain itu pakaian juga mampu menyerap keringat yang dikeluarkan oleh tubuh kita dan juga sebagai aspek perbedaan kelas sosial itu sendiri.
Pakaian sudah menjadi sangat penting bagi para Sulthan dan masyarakat Banten khususnya pada abad 17 dan 18. Pada masa kesultanan pakaian merupakan suatu symbol identitas dan prestise seseorang serta bisa menunjukkan strata sosial seseorang. Sulthan dan keluarganya serta para pejabat istana selalu menggunakan pakaian dari bahan – bahan tekstil yang berkualitas dari india, cina dan lain sebagainya. Berbagai aksesorispun pakaian pun digunakan oleh para keluarga sulthan dan paraa pejabat Kesulthanan guna menambah aura, wibawa dan daya tarik mereka dihadapan para tamu dari berbagai Negara.
Kemewahan pakaian pada masa Kesulthanan Banten menunjukkan bahwa pada kejayaan Banten di masa lalu merupakan hasil interaksi dinamis antara Kesulthanan Banten dengan berbagai Kesulthanan dan kerajaan lain di Nusantara, para pedagang asing dari berbagai Negara melalui beragam aktifitas perdagangan Internasional di pelabuan Banten. Selain itu kekayaan Banten yang menghasilkan rempah – rempah menjadi daya tarik bagi para pedagang mancanegara untuk turut serta meramaikan perdagangan internasional di Banten, terurama kain – kain yang berkualitas tinggi. Sekain itu pakaian yang digunakan Sulthan dan keluarganya serta para pejabatnya menunjukkan betapa aktifitas ekspor dan impor di pelabuan Banten saat itu sangat ramai dan sangat diminati oleh para pedagang asing.
Pakaian Sulthan terdiri dari jubah muslim yang panjang, terbuat dari bahan tertentu yang dibuat yang dibuat di surat, bertahtakan emas yang disebut Soesjes. Jubah ini menggantung sampai kakinya, terutama yang berada dibagian atas hasta, kemudian mengecil ketika sampai dipergelangan tangan dan kemudian diikat dengan deretan kancing dari emas. Dibagian dalam jubah, ia menggunakan baju kemeja berwarna putih dan sepasang drawers, yang menutupi sampai bagian mata kaki, dengan bahan yang juga bertahtahkan emas. Kakinya menggunakan sepatu Turki, yang bagian depannya mancung ke atas, dan ia menggunakan kaus kaki putih. Kepalanya ditutupi peci bulat yang tengahnya lancip berwarna ungu yang dilapisi dengan perak.( Stavorinus,1798, I : 81 dan Bonthaarm, 2003,162 ).
Pakaian menggunakan kemeja berwarna putih dengan bahan bersulamkan emas, dan memiliki kancing terbuat dari emas di bagian depan. Dibagian luar kemeja dilapisi dengan rompi berkerah ahanghai yang terbuat dari kain linen atau kain beludru. Selain menggunakan celana panjang yang terbuat dari bahan yang sangat berkualitas, Sulthan juga menggunakan kain songket Palembang, yang diikat dengan ikat pinggang yang sangat indah yang berwarna keemasan. Kakinya menggunakan sandal yang dijepit di bagian ibu jari.
Sementara pada saat penobatan, Sulthan menggunakan sarung yang mewah. Sebuah keris dan sepasang sepatu yang diselimuti oleh hiasan berlian. Bagian atas tubuhnya telanjang dan diolesi dengan parfum dan pewarna tubuh agar cerah.
Pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sholat jum’at berada dengan yang dikenakan ketika menghadiri acara resmi kenegaraan. Sultan mengenakan pakaian seperti imam. Dengan jubah putih yang diikatkan kepinggangnya menggunakan ikat pinggang. Sebagai penutup kepala, ia menggunakan sorban putih besar dan memakai kuluk. ( Stavorinus, 1798, I: 86 Boontharm,p 163).

2 komentar:

  1. Nice info. As lg nyari. Tp.ketikannya banyak ytg salah ya? Andai ada yg pebih detail.. sharing yaa. Tq

    BalasHapus
  2. Minta referensi nya ada ndak min🙏

    BalasHapus

Penggagasan Gerakan Rakyat Cilegon 1888

Haji Marjuki : Aktivis dan Penggagas Geger Cilegon Riwayat Hidup Haji Marjuki Marjuki adalah salah satu aktivis Geger Cilegon y...