Kamis, 09 Juli 2020

Penggagasan Gerakan Rakyat Cilegon 1888

Haji Marjuki: Aktivis dan Penggagas Geger Cilegon



Riwayat Hidup Haji Marjuki
Marjuki adalah salah satu aktivis Geger Cilegon yang mukim di Mekah. Ia masih memiliki hubungan keluarga dari Syekh Nawawi. Marjuki adalah salah satu murid Syekh Nawawi, selain itu ia juga di bimbing oleh para ulama yang juga membimbing Syekh Nawawi, seperti Ahmad Dahlan, Abdullah Zawawi, Hasab Allah, Ahmad Nahrawi dan Abdul Hamid al-Daghestani. Sama seperti Kiai Banten lainnya yang menetap di Mekah, ia juga mengajar para santri yang datang ke rumahnya di kampung Suq al-Lail Mekah. Syekh Majuki adalah seorang pengajar yang mampu menjelaskan persoalan-persoalan pelik dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Meskipun ia tidak setekun Syekh Nawawi dalam hal membaca dan menulis kitab.
Syekh Marjuki adalah pengikut tarekat qadariah, murid paling setia Abdul Karim. Keanggotaanya di tarekat ini memungkinkannya berkunjung ke sejumlah daerah di Indonesia dan bahkan di luar negeri. Ia pernah mengunjungi Bali, Deli, dan Penang. Ia juga pernah tinggal lama di Siam. Ini yang membuat ia dapat berbahasa Melayu lebih fasih dari orang Banten lainnya. Tidak mengherankan jika Haji wasid dan Haji Tb. Ismail menganggapnya sebagai sekutu yang kuat dan mereka memintanya untuk ikut dalam gerakan pemberontakan.
Kelebihan Syekh Marjuki antara lain mudah bergaul sehingga ia memiliki jaringan pertemanan yang sangat luas. Ia juga dikenal sebagai ulama yang senang bepergian. Menurut Snouck Hurgronje,  Haji Marjuki merupakan orang yang paling sering pulang ke tanah air di antara para ulama di Mekah. Dalam tahun 1858 ia untuk pertama kalinya pergi ke mekah. Menurut daftar-daftar jamaah haji, ia kembali ke mekkah dalam tahun-tahun 1867,1871, 1876 dan 1888. Diketahui bahwa Haji Marjuki tinggal di Banten, di desa asalnya Tanara, antara tahun 1874 dan 1876, dan dari bulan maret sampai juni 1888.
Pada bulan Februari 1887 atas undangan sahabat karibnya Tb. Ismail, ia kembali ke Banten, ketika tiba di Pelabuhan Batavia, ia di denda karena tidak memiliki paspor sebesar dua puluh lima golden. Kemudian setelah beberapa minggu di Batavia, ia kembali ke Tanara. Sambil mengajarkan amalan-amalan tarekat, ia menjual tasbih, al-Qur’an, jimat dan benda-benda keagamaan lainnya dari Mekah.

Pucuk Pimpinan Geger Cilegon 1888
Pada bulan Maret 1887 Haji Marjuki yang sering pulang pergi Banten-Mekah tiba di Tanar. Tidak lama kemudian ia mulai mengadakan kunjungan-kunjungan ke daerah-daerah Banten, Tangerang, Batavia dan Bogor dan di tempat-tempat itu ia mendakwakan gagasan tentang jihad. Propagandanya dengan cepat diterima umum, karena ia bertindak atas perintah oleh Haji Abdul Karim. Tidak lama setelah kunjungan-kunjungannya itu, nampak adanya semangat keagamaan yang meningkat. Masjid-masjid dipenuhi oleh orang-orang yang melakukan ibadah, jamaah pada hari-hari Jum’at meningkat dengan tajam. Ketaatan dan kesalehan diperlihatkan secara menyolok, tidak hanya oleh kaum laki-laki, akan tetapi oleh kaum wanita dan anak-anak.
Daya tarik dan kharisma Haji Marjuki dalam melakukan dakwah dan merekrut pengikutnya untuk ikut berperang melawan Belanda, dilaporkan bahwa saat melakukan dakwah di Tanara, pejabat-pejabat distrik, atas permintaan para kiai, ikut menyerukan – jika tidak memaksa – kepada rakyat agar menunaikan ibadah mereka di masjid dan menghadiri upacara-upacara hataman.
Haji Marjuki melanjutkan dakwahnya tentang jihad dengan mengunjungi para kiai tarekat qadariah di Tangerang dan Batavia, termasuk Haji Kasiman dari Tegalkunir dan Haji Camang dari Pakojan, karena mereka menaruh simpati dan mereka menjajikan dukungan yang kuat serta siap mengirimkan murid-murid mereka sebagai sukarelawan di Banten. Dalam mempropadandakan perang suci di luar Banten, Haji Marjuki dibantu oleh Haji Wasid, yang juga berhasil meyakinkan para kiai di daerah Jawa Barat. Bahkan pejabat-pejabat tertentu yang ada di Banten seperti residen Banten cenderung menganggap Haji Marjuki sebagai orang yang bertanggung jawaba sepenuhnya atas pemberontakan itu.
Kembali ke Mekah Sebelum Pemberontakan Cilegon 1888
Karena tidak setuju dengan hasil keputusan pucuk pimpinan pejuang Geger Cilegon, Haji Wasid, Tb. Ismail dll yang menyetujui bahwa pemberontakan segera mungkin untuk dimulai, Haji Wasid terlalu cepat memutuskan melakukan pemberontakan dan akan menimbulkan korban jiwa yang sia-sia saja. Menurut Haji Marjuki, setiap pemberontakan akan berhasil, harus diorganisasikan secara baik sehingga terjadi serentak di seluruh Nusantara, selain itu kaum pemberontak harus memiliki uang dan persenjataan yang cukup. Atas dasar pendapatnya itulah yang membuat Haji Marjuki dan Haji Wasid berselisih paham ketika diputuskan untuk memulai pemberontakan dalam pada bulan Juli 1888.
Alasan lain mengapa ia kembali ke Mekah yang telah disampaikan kepada sahabat-sahabtnya : ‘bahwa tangan kanannya yang berpuruh tidak memungkinkan untuk ikut secara aktif dalam perjuangan, andaikata ia tetap di Banten, ia pasti tidak akan berbuat apa-apa dan menghadapi resiko tindakan balasan dari Haji Wasid.Kenyataan bahwa istri dan anak-anaknya ada disana merupakan alasan yang kuat lainnya untuk meninggalkan Banten. Jika pemberontakan itu berhasil, ia akan mengundang Syekh Abdul Karim dan Syekh Nawawi untuk datang ke Banten dan ikut serta dalam perang sabil. Sebelum berangkat ia sempat memberkati pakaian putih yang akan dikenakan oleh para pemberontak di masjid kediamannya di Tanara.
Menjadi Ulama dan Wafat di Mekah
Keberangkatannya yang mendadak sebelum pemberontakan meletus, kelihatannya tidak sesuai dengan fungsi pemimpin utama. Haji marjuki kembali ke Mekah dan melanjutkan pekerjaannya sebagai guru nahwu atau tata bahasa Arab. Karena ia terkenal sebagai orang yang pandai, maka murid-murid yang mengikuti kuliah-kuliahnya sangat banyak. Ia tidak pernah merahasiakan prinsip-prinsip politiknya kepada murid-murid yang tinggal di Mekah.
Haji Marjuki kemudian tinggal dan menetap di Mekah, ia dikenal sebagai seorang yang pandai dan kepribadian yang mudah bergaul, sehingga Haji Marzuki sangat mudah mengundang muridnya untuk belajar di Majlis pengajaran ilmu di rumahnya.
Tidak ada informasi pasti mengenai kapan tanggal meninggalnya Haji Marjuki. Ulama yang satu ini setelah perselisihannya dengan Haji Wasid tidak kembali lagi ke kampung kelahirannya di Tanara, kemungkinan Haji Marjuki wafat di Mekah dan dimakamkan di sana.



Penggagasan Gerakan Rakyat Cilegon 1888

Haji Marjuki : Aktivis dan Penggagas Geger Cilegon Riwayat Hidup Haji Marjuki Marjuki adalah salah satu aktivis Geger Cilegon y...