Senin, 31 Juli 2017

Kesenian Ubrug Banten PANDAWA LIMA


Pandawa Lima sebagai pelestari kesenian Ubrug di Banten




Oleh
AMI NAZZAM

Banten dalam catatan sejarah hampir selalu diidentikkan dengan wilayah religious dan negerinya para ulama (kiai). Peran kiai Banten sangat signifikan dalam menata system kemasyarakatan, social, ekonomi, pendidikan, dan budi pekerti masyarakat Banten yang sudah dimulai sejak zaman kesultanan Banten. Kiai Banten tidak hanya tampil dalam mengajarkan dan mentransmisikan ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga terlibat aktif dalam berbagai perubahan dan dinamika sosial dan politik yang terjadi di Banten sejak masa lampau sampai saat ini.
Selain terkenal dengan Kiai dan Jawaranya, Banten juga terkenal dengan keseniannya hingga luar kota, yaitu pencak silat dan Debus. Kesenian ini menjadi terkenal karena permainan yang dilakukannya terkenal ekstrim contohnya makan paku, mengupas kelapa dengan mulut, serta golok yang di pukul ke tubuh.
Debus biasanya banyak dimiliki oleh para Jawara untuk pertahanan tubuh dari serangan lawan, debus sudah ada sejak zaman kesultanan dimana banyak orang Banten yang memiliki kekebalan pada tubuhnya, ini dilakukan untuk mempertahankan diri dari serangan kolonial Belanda. Sampai saat ini kesenian debus masih dilestarikan dan masih menjadi hiburan di masyarakat ketika ada acara-acara tertentu.
Selain debus, kesenian yang tidak kalau menarik adalah kesenian Ubrug, kesenian ini adalah yang dilakukan oleh beberapa orang untuk menghibur masyarakat dengan tingkat lucu mereka. Kesenian ini sama halnya dengan wayang orang, pelawaknya disebut Bebodor, kemudian ada juga yang mengalunkan music dan seorang dalang.
Kesenian Ubrug sudah menjadi perimadona sejak zaman kesultanan, biasanya dipentaskan dihalaman Keraton Surosowan disaksikan oleh Sultan dan permaisuri serta prajurit Keraton dan tidak terkecuali masyarakat kecil atau masyarakat miskin.
Hiburan ini menjadi perimadona karena Ubrug atau wayang orang ini selain melakukan adegan-adegan lucu tetapi alur cerita yang disampaikan tentang kehidupan masyarakat, sehingga pertunjukan ini selalu ramai, karena masyarakat Banten pada waktu itu ingin mencari hiburan untuk menghilangkan lelah setelah bekerja seharian.
Hingga saat ini, permainan Ubrug masih ditampilkan namun karena perkembangan zaman yang begitu cepat, sehingga kesenian ini makin sulit sekali untuk ditemui, bahkan banyak para pemain ubrug yang mundur dan tidak memantaskan keseniannya itu. Namun di Banten ini masih ada yang mau melestarikan kesenian Ubrug ini yaitu Pandawa Lima, Grup ini dikenal dengan gabungan para pemain ubrug yang masih  ingin tetap tampil untuk menghibur masyarakat.
Dengan adanya Grup ini diharapkan bahwa kesenian Banten yang sejak zaman dahulu masih tetap ada dan tidak punah, di era modern masih banyak orang yang tidak mengetahui kesenian ini padahal ini adalah kesenian Banten. Oleh karena itu Pandawa Lima masih tetap eksis di setiap acara pernikahan, sunatan dan acara-acara resmi lainnya, sehingga ubrug masih tetap dikenal dan dinikmati oleh masyarakat Banten.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penggagasan Gerakan Rakyat Cilegon 1888

Haji Marjuki : Aktivis dan Penggagas Geger Cilegon Riwayat Hidup Haji Marjuki Marjuki adalah salah satu aktivis Geger Cilegon y...