Pandawa Lima sebagai pelestari kesenian Ubrug di Banten
Oleh
AMI NAZZAM
Banten dalam catatan sejarah hampir
selalu diidentikkan dengan wilayah religious dan negerinya para ulama (kiai).
Peran kiai Banten sangat signifikan dalam menata system kemasyarakatan, social,
ekonomi, pendidikan, dan budi pekerti masyarakat Banten yang sudah dimulai
sejak zaman kesultanan Banten. Kiai Banten tidak hanya tampil dalam mengajarkan
dan mentransmisikan ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga terlibat aktif dalam berbagai
perubahan dan dinamika sosial dan politik yang terjadi di Banten sejak masa
lampau sampai saat ini.
Selain terkenal dengan Kiai dan
Jawaranya, Banten juga terkenal dengan keseniannya hingga luar kota, yaitu
pencak silat dan Debus. Kesenian ini menjadi terkenal karena permainan yang
dilakukannya terkenal ekstrim contohnya makan paku, mengupas kelapa dengan
mulut, serta golok yang di pukul ke tubuh.
Debus biasanya banyak dimiliki oleh
para Jawara untuk pertahanan tubuh dari serangan lawan, debus sudah ada sejak
zaman kesultanan dimana banyak orang Banten yang memiliki kekebalan pada
tubuhnya, ini dilakukan untuk mempertahankan diri dari serangan kolonial
Belanda. Sampai saat ini kesenian debus masih dilestarikan dan masih menjadi
hiburan di masyarakat ketika ada acara-acara tertentu.
Selain debus, kesenian yang tidak
kalau menarik adalah kesenian Ubrug, kesenian ini adalah yang dilakukan oleh
beberapa orang untuk menghibur masyarakat dengan tingkat lucu mereka. Kesenian
ini sama halnya dengan wayang orang, pelawaknya disebut Bebodor, kemudian ada
juga yang mengalunkan music dan seorang dalang.
Kesenian Ubrug sudah menjadi
perimadona sejak zaman kesultanan, biasanya dipentaskan dihalaman Keraton
Surosowan disaksikan oleh Sultan dan permaisuri serta prajurit Keraton dan
tidak terkecuali masyarakat kecil atau masyarakat miskin.
Hiburan ini menjadi perimadona
karena Ubrug atau wayang orang ini selain melakukan adegan-adegan lucu tetapi
alur cerita yang disampaikan tentang kehidupan masyarakat, sehingga pertunjukan
ini selalu ramai, karena masyarakat Banten pada waktu itu ingin mencari hiburan
untuk menghilangkan lelah setelah bekerja seharian.
Hingga saat ini, permainan Ubrug
masih ditampilkan namun karena perkembangan zaman yang begitu cepat, sehingga
kesenian ini makin sulit sekali untuk ditemui, bahkan banyak para pemain ubrug
yang mundur dan tidak memantaskan keseniannya itu. Namun di Banten ini masih
ada yang mau melestarikan kesenian Ubrug ini yaitu Pandawa Lima, Grup ini
dikenal dengan gabungan para pemain ubrug yang masih ingin tetap tampil untuk menghibur
masyarakat.
Dengan adanya Grup ini diharapkan
bahwa kesenian Banten yang sejak zaman dahulu masih tetap ada dan tidak punah,
di era modern masih banyak orang yang tidak mengetahui kesenian ini padahal ini
adalah kesenian Banten. Oleh karena itu Pandawa Lima masih tetap eksis di
setiap acara pernikahan, sunatan dan acara-acara resmi lainnya, sehingga ubrug
masih tetap dikenal dan dinikmati oleh masyarakat Banten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar