Minggu, 03 Desember 2017

Tuhan Masyarakat Banten



Tuhan Lokal : Tentang Konsep Tuhan Masyarakat Banten
Kajian tentang agama-agama hampir selalu terkait tentang  Tuhan atau yang dianggap sebagai Tuhan, dewa, roh tertinggi, supernatural being, dan sejenisnya. Keyakinan akan adanya suoernatural being yang menguasai dan mengontrol alam dan seluruh isinya mendorong manusia dalam berbagai literasi sejarah untuk mencari dan menemukan beings yang dianggap sebagai Yang Kudus.
Kepercayaan agama umumnya terpusat pada kepercayaan terhadap adanya kekuatan gaib, yaitu Tuhan yang bersifat Supernatural. Tuhan, roh, kekuatan gaib, alam gaib, dan sejenisnya merupakan elemen penting dalam setiap agama dan kepercayaan. Oleh karena itu, agama sebagaimana yangg bisa dipahami, adalah pandangan dan prinsip hidup yang didasarkan pada adanya kepercayaan terhadap kekuatan gaib yang berpengaruh dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini, Max Weber berpendapat bahwa tidak ada masyarakat tanpa agama. Kalau masyarakat ingin bertahan lama, harus ada Tuhan yang disembah. Masyarakat zaman kuno sampai sekarang ini menyembah Tuhan, walaupun dalam beragam bentuk dan rumusannya. Agama menurutnya dapat berbentuk konsepsi mengenai supernatural, jiwa, ruh, Tuhan, atau kekuatan gaib lainnya.
Ide atau gagasan manusia tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada sutu generasi bisa menjadi bermakna bagi generasi lain. Dalam hal ini, Karen Amstrong berpendapat bahwa “Tidak ada satu gagasanpun yang tidak berubah dalam kandungan kata Tuhan”.
Dalam perkembangannya, kepercayaan kepada adanya Tuhan Yang Maha Kuasa ini digambarkan oleh manusia atau komunitas masyarakat tertentu menurut daya jangkau akalnya masing-masing. Sifat yang diberikan kepada Tuhan juga menjadi beragam dan jumlahnya pun menjadi beragam antara satu masyarakat penganut agama dengan masyarakat lainnya.
Seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat Banten pernah mengalami proses sejarah yang panjang dengan beragam perubahan sosial keagamaannya. Dalam berbagai catatan sejarah, tercatat bahwa Banten pernah mengalami masa pra-sejarah dengan beragam kepercayaan lokal semacam animisme dan dinamisme, masa Hindhu-Budha, masa Islam, masa kolonial dengan misi ‘Kristenisasinya’. Hampir semua agama memiliki satu keyakinan bahwa di balik alam yang kasat mata, terdapat alam gaib yang dikuasai oleh kekuatan-kekuatan gaib, baik itu yang dipandang sebagai Tuhan, Dewa, Ruh dan sejenisnya.
Masyarakat Muslim Banten secara umum menyebutkan Tuhan sebagai Allah, Tuhan pencipta alama dan seluruh isinya termasuk manuisa. Dia adalah dzat yang Maha Tunggal, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada yang serupa dengan-Nya. Tuhan tidak bisa digambarkan dan dibayangkan dengan benda dan lukisan apapun. Menurut Quraih Syihab menyatakan bahwa “meyakini Keberadaan Tuhan yaitu dengan cara melihat dan memikirkan ciptaan-ciptaan-Nya. Tidak ada keraguan bagi Muslim Banten tentang berbagai sifat Tuhan dalam Asmaul-Husna. Namun, jika diamati secara mendalam, akan terlihat perbedaan tentang konsepsi Tuhan antara satu komunitas Muslim dengan komunitas Muslim di daerah Banten. Ini tergambar dari setiap do’a yang mereka panjatkan terkait kebutuhan mereka. Bagi masyarakat petani di Banten, misalnya Tuhan barangkali memiliki konsepsi dominan dalam alam pikirannya Dzat yang Maha Memberi dan Maha Melindungi; memberikan mereka panen yang melimpah, dan melindungi tanaman mereka dari kegagalan-kegagalan baik yang disebabkan oleh alam maupun ulah manusia. Bagi masyarakat Nelayan, sifat Tuhan dikonsepsikan sebagai Dzat yang memiliki sifat dapat melindungi mereka dari bahaya alam (laut), dan dapat memberi ikan lebih banyak kepada mereka dan lain sebagainya.
Melacak asal-usul agama melalui penelusuran berbagai mitos dan ritual keagamaan yang dimiliki oleh masyarakat menurut mereka menjadi kunci penting dalam memahami ciri-ciri dan konsep-konsep pokok tentang fenomena agama, karena agama dan kepercayaan mereka masih dipandang sebagai kepercayaan atau agama yang masih sangat sederhana dan belum banyak terkontaminasi oleh banyak interpretasi karena kebutuhan dan kepentingan pragmatis manusia sebagaimana yang datang kemudian.
E.E Evans Pritchard berpendapat bahwa fakta-fakta kehidupan primitif mempunyai arti yang penting untuk dapat memahami suatu kehidupan sosial pada umumnya, selanjutnya, agama-agama primitif adalah merupakan bagian dari agama pada umumnya, dan bahwa semua orang yang berminat terhadap agama haruslah mengakui bahwa suatu studi tentang pandangan dan praktik-praktik keagamaan pada masyarakat primitif yang beraneka ragam coraknya, akan menolong kita untuk sampai pada hakikat agama dan karenanya juga tentang apa yang dinamakan agama-agama yang lebih tinggi atau agama-agama positif yang punya sejarah atau agama-agama wahyu, termasuk agama kita.
Banyak teori tentang asal-usul agama yang dikemukakan oleh para ahli antropologi awal. Teori tentang asal-usul agama yang dihasilkan oleh para ahli tersebut sebagian berdasarkan pada data-data etnografi dan etnologis yang dihasilkan oleh para pelancong, misionaris, maupun oleh staf-staf kolonial di wilayah-wilayah yang menjadi tempat jajahannya yang dipandang eksotis dalam bentuk catatan-catatan mengenai beragam prilaku dan praktik keagamaan, maupun mitos-mitos keagamaan yang ada pada masyarakat yang dipandang masih primitif.
Para antropolog beransumsi bahwa Tuhan ini telah menjadi begitu jauh dan mulia sehingga dia sebenarnya telah digantikan oleh ruh-ruh yang lebih rendah dan Tuhan-tuhan yang lebih rendah dijangkau. Begitu pula menurut teori Schmidth selanjutnya, di zaman kuto, Tuhan tertinggi digantikan oleh tuhan-tuhan kuil pagan yang lebih menarik. Jika demikian, monoteisme merupakan salah satu ide tertua yang dikembangkan manusia untuk menjelaskan misteri dan tragedi kehidupan.
Menurut Amstrong adalah mustahil untuk membuktikan hal ini dengan cara apapun. Telah banyak teori tentang asal-usul agama. Namun, nampaknya menciptakan tuhan-tuhan telah lama dilakukan oleh manusia. Ketika satu ide keagamaan tidak lagi efektif, maka ia akan segera diganti. Ide ini diam-diam sirna, seperti ide tentang Tuhan Langit, tanpa menimbulkan banyak kegaduhan.
Idea tentang Tuhan merupakan gagasan paling besar dalam sejarah peradaban manusia. Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. Tuhan dalam satu kepercayaan atau satu agama tertentu digambarkan atau diimaginasikan secara berbeda dengan Tuhan yang ada dalam kepercayaan dan agama lain. Bahkan, dalam satu agama atau satu kepercayaan tertentu pun seringkali muncul perbedaan dan keragaman tentang siapa Tuhan? Bagaimana bentuk-Nya? Dan sebagainya. Hal yang sama juga terjadi pada umat islam. Meskipun umat islam hanya mengenal satu Tuhan yaitu Allah, yang memiliki semua sifat kesempurnaan dan Maha Kuasa atas segala yang terjadi di alam.
Secara normatif, Tuhan yang diyakini oleh masyarakat Muslim Banten adalah Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, yang memiliki 99 nama (Asma’ul Husna) yang menggambarkan Ke-Mahasempurnaan Tuhan, dengan 20 sifat wajib, 20 sifat Mustahil, dan 1 sifat Jaiz. Mereka meyakini segala yang terjadi di dunia ini adalah atas kehendak-Nya. Mempercai selain Allah dipandang sebagai prilaku syirik (menyekutukan Allah), yang dapat membuat seseorang dianggap keluar dari Islam.
Bagi masyarakat Banten yang berprofesi sebagai petani, Allah diyakini sebagai Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Kaya. Sifat Rahman dan Rahim Tuhan dirasakan oleh petani bukan hanya karena Allah yang memberikan rizki kepada seluruh manusia, karena hanya Allah juga yang membuat hasil panen berhasil sekaligus bisa juga membuat hasil panen gagal, semua terjadi diyakini atas kehendak Tuhan, manusia hanya bisa berikhtiar.
Sedangkan bagi pedagang, selain sifat Rahman dan Rahim, Tuhan diyakini sebagai dzat yang Maha Kaya, Maha Memberi rizki. Kemahakayaan Allah tidak ada batasannya. Oleh karena itu manusia dituntut juga untuk berdoa agar Tuhan memberikan rizky yang cukup. Selain berdo’a, pedagang juga mendatangi kiai ahli hikmah untuk meminta wafak serta amalan-amalan untuk kelancaran usaha mereka dan menurut mereka itu adalah salah satu bentuk ikhtiar karena memang dagang tidak selamanya untung, ada yang namanya pasang surut sehingga selain berdoa, ada ikhtiar lain yang dilakukan demi kelancaran usahanya.
Bagi sebagian guru, dan siswa atau mahasiswa, Tuhan digambarkan sebagai Yang Maha Berilmu. Tuhan adalah Sang Pemilik Ilmu, oleh karena itu, Dia lah yang mempunyai kemampuan dan kekuasaan untuk memberikan hidayah ilmu kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia juga lah yang memberikan keberkahan ilmu dan meninggikan derajat kepada siapa yang dikehendakinnya. Sehebat apapun seorang guru memberikan pelajaran kepada murid-muridnya, dia tak akan bisa membuat mereka menjadi lebih padan dan pintar. Tuhan lah yang melakukan-Nya. Namun, demikian manusia harus tetap berusaha semaksimal mungkin, tinggal hasilnya diserahkan kepada Sang Pemilik Ilmu, yaitu Allah.
Dengan demikian, sebenarnya Tuhan yang secara normatif oleh orang Banten diyakini sebagai Tuhan Yang Esa, Yang Maha Sempurna, Maha Segalanya, sebenarnya secara praktik masih memiliki banyak interpretasi. Imaginasi manusia tentang Tuhan Yang Maha Satu nampaknya terlalu abstrak sehingga terlalu jauh untuk dijangkau, sehingga mereka mencoba menciptakan “Tuhan-Tuhan Lokal” yang dapat memenuhi kebutuhan pragmatis mereka sesuai dengan kondisi sosial budaya yang ada pada manusia.
Tuhan lokal disini adalah bahwa “Tuhan Yang Real” yang diyakini oleh umat Islam dimanapun sebenarnya sama dan satu. Namun, Kemahasempurnaan Tuhan Yang Keberadaan-Nya  Mutlak. Ada sulit dilukiskan dan digambarkan oleh nalar dan akal manusia yang sangat terbatas. Sehingga, yang muncul dalam imaginasi manusia adalah sifat-sifat Tuhan yang memang sering mereka temui dalam kehidupan sehari-hari mereka.
















Biodata Penulis
Nama              : Aris Muzhiat
Status              : Mahasiswa jurusan SKI di UIN SMH Banten
No.Hp              : 0895338007758
Email               : Muzhiataris@gmail.com
Organisasi       : Relawan Bantenologi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penggagasan Gerakan Rakyat Cilegon 1888

Haji Marjuki : Aktivis dan Penggagas Geger Cilegon Riwayat Hidup Haji Marjuki Marjuki adalah salah satu aktivis Geger Cilegon y...