Sejarah dan Asal-Usul Masyarakat
Kampung ini dinamakan kampung Odel. Nama ini diambil dari seorang tokoh
yang bernama Ki Gede Odel, yang hidup pada masa pangeran tumenggung syekh agus
zakaria razak ibnu sulthan maulana muhammad syifa zainul ‘alimin ibnu sulthan
maulana hasanuddin, bupati kedua banten,
yaitu pada tahun 1828 M. Bupati banten ini memiliki empat orang ponggawa, yaitu
: Kigede odel, ki gireng, ki gule geseng, dan ki gembol. Kata “ Ki” disini
memiliki makna bisa kyai ataupun sesepuh.
Pada tahun 1830 M odel berdiri. Entah terkena sebab apa, kampung odel ini
berpindah ke pinggir sungai nama nya pangkalan nangka atau kali wasiat.
Kemudian berpindah lagi kekampung yang sekarang karena terkena banjir, yaitu
pada tahun 1838 M hingga sekarang. Semenjak bupati banten ke sepuluh meninggal,
sudah dimakamkan di kampung ini yaitu dipemakaman pangeran “Mulyasrama” yaitu
orang kerajaan daerah pulau jawa.
Tokoh pertama yang mendiami kampung ini adalah ki gede odel itu sendiri
dengan beberapa orang lainnya. Sedangkan orang yang menyebutkan pertama kali
ini adalah kampung odel, yaitu anaknya sendiri Sukmaraga dan Sukmajati.
(menurut penuturan sang nara sumber, Bpk Masnun yang beliau ketahui dari H.
Arsa, sesepuh pada masa itu).
Mengenai pandangan hidup, masyarakat
percaya dengan sejarah odel. Ki gede odel memiliki dua orang anak, sukma raga
dan sukma jati. Sukma raga memiliki istri yang bernama nyi Karinah. Suatu hari,
saat nyi karinah hamil, ia mengidam minta buah nangka kepada suaminya, si istri
mengatakan bahwa itu adalah keinginan si jabang bayi. Sukma raga tidak percaya
masa seorang istri yang sedang hamil minta apa-apa yang tidak pada waktu
musimnya. Kemudian ki gede odel mencarikan
buah nangka tersebut untuk calon cucu nya. Sukma raga marah, karena
tidak percaya maka akhirnya ia membedel (membedah) perut istrinya, dan memang
benar si jabang bayi tersebut sedang mengemut buah nangka tadi, barulah sukma
raga percaya dan menutup kembali perut istrinya. Saat proses melahirkan, nyawa
sang bayi dan istrinya tidak dapat tertolong, kedua nya meninggal dunia. Dan
hingga saat ini, nyi karinah tersebut sering datang dan mengganggu orang-orang
yang hendak melahirkan. Ia (nyi karinah) sering masuk kedalam jiwa seseorang,
yang tentunya hanya orang-orang yang lemah keimanannya yang bisa kerasukan itu,
maka dari itu, benteng keimanan seseorang haruslah diperkuat sehingga terhindar
dari gangguan dan bahaya tersebut.
Mengenai adat istiadat di kampong
Odel ini, ada beberapa adat istiadat
yang hingga saat ini, merupakan hal yang harus dan mesti dilakukan. Seperti
misalnya ketika hendak memasang pondasi rumah, nyuguh tamu (menyambut kelahiran
seorang bayi ), acara pernikahan, bebaksan, dan lain sebagainya.
Ketika hendak memasang pondasi
rumah, maka sebelum memasang pondasi
tersebut harus di bacakan syekh terlebih dahulu. Adapun isi bacaan Syekh
tersebut merupakan rangkaian puji-pujian , syair-syair dan do’a-do’a. tujuan
dari acara tersebut adalah tidak lain sebagai do’a mengharapkan kebaikan,
kelancaran dan keberkahan.
Ada juga yang nama
nya “nyuguh tamu”, yaitu acara berupa riungan yang dilakukan ketika lahirnya
seorang bayi. Nyuguh tamu tersebut artinya menyambut
kedatangan tamu baru, yaitu sang anak bayi yang baru lahir tersebut.
Selain itu juga terdapat sutau
tradisi yang namanya “Bebaksan”, yaitu arak-arakan seorang anak kecil yang akan
disunat. Ketika arak-arakan tersebut, sang anak digendong oleh orang dewasa
yang memakai kukusan-yaitu alat yang berbentuk kerucut yang biasa digunakan
untuk memasak nasi, selagi di arak itu, sang anak juga sambil di seborin dengan
air, dan kemudian ada saweran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar